|
- Dari
Redaksi
-
- Setelah
sekian lama mandeg, akhirnya kembali redaksi Warta PPI Göttingen
menghadirkan informasi hangat dan aktual ke hadapan para warga.
Puji syukur ke hadhirat Tuhan semesta alam atas terbitnya edisi
perdana tahun 1998 ini. Pada edisi ini tidak banyak yang berubah
dari terbitan sebelumnya, kecuali penyederhanaan di sana-sini.
Dalam bulan-bulan terakhir ini sangat sarat berita yang berhasil
diliput oleh tim redaksi. Pesta demokrasi warga Göttingen
untuk memilih ketua PPI, suksesnya dua orang warga dalam menyelesaikan
program Ph.D.nya, dan kelahiran warga baru merupakan berita hangat
pada edisi ini. Berita seputar kegiatan PPI tentu saja turut
mewarnai penampilan perdana ini. Dengan terbitnya edisi ini redaksi
mengundang para pembaca untuk turut aktif menyumbangkan naskah
(ilmiah, semi ilmiah maupun tidak ilmiah sama sekali), baik berupa
hasil temuan, konsep, pengalaman, resep masakan maupun lelucon
lain. Akhirnya dari meja redaksi disampaikan selamat menikmati
. (is)
- Tilik
Sambang
- Pertengan
bulan April, hadir di tengah-tengah kita seorang guru besar dari
Indonesia (UNIBRAW): Prof. Soekartawi. Selain dosen di Unibraw
Malang, pria bertubuh kekar ini juga menjabat sebagai
deputi direktur SEAMEO-SEARCA berkedudukan di Philipina. Di luar
tugasnya memberikan kuliah pada program Magister Management of
Agribusiness (MMA), profesor yang suka goyon itu juga menyempatkan
mengisi kegiatan seminar kerjasama PPI dengan ISC (the Indonesian
Study Club) pada tanggal 17 April 1998 bertempat di Institut
für Rurale Entwicklung, Walweg 26. Seperti biasa, seminar
yang padat informasi itu disampaikannya secara jelas dan penuh
humor, sehingga membuat hadirin nggak sempat ngantuk.
-
- Masih
di bulan April, ketika hadir di Göttingen seorang profesor
dari IPB. Beliau adalah Prof. Aman Wirakarta Kusumah, Pembantu
Rektor I IPB. Seperti juga Prof. Soekartawi, Pak Aman juga menyempatkan
diri mengisi seminar serupa dengan topik krisis pangan di Indonesia
pada tanggal 30 April 1998. Seminar ini membahas kondisi krisis
pangan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia berikut langkah
strategis penanggulangannya. Selain di Göttingen, beliau
juga menyampaikan seminar dengan materi serupa di Kedutaan Besar
RI di Bonn
-
- Awal
Mei, crew SCTV dan RCTI mengunjungi kota kita tercinta untuk
meliput kegiatan-kegiatan mahasiswa Indonesia. Acara ini berlangsung
di gedung Rektorat, Wilhelmsplatz 1. Malamnya dilanjutkan dengan
malam Indonesia yang menampilkan sejumlah atraksi seni dari rekan-rekan
mahasiswa Indonesia yang dimotori oleh Ronni dkk. Kita pun dangdutan
bersama sejumlah profesor dan tamu (Jerman). Acara ini juga diliput
oleh reporter koran lokal "Göttinger Tageblatt"
dan dimuat pada terbitan hari Kamis, 14 Mei 1998.
- Pojok
Seminar
Walaupun
belakangan kegiatan seminar ini agak lesu (terkena dampak krismon
kalired.), rekan Dedi Budiman Hakim akhirnya terpilih
sebagai seminaris dalam acara liputan RCTI-SCTV. Rekan Dedy mempresentasikan
gambaran umum tentang hubungan dagang ASEAN dan Uni Eropa. Seminarnya
kali itu agak istimewa, karena dilaksanakan di Foyer Internationale
Begegnung (Burgstraße 51) dan disorot oleh dua stasiun
TV (SCTV dan RCTI). Seminar yang dilaksanakan pada tanggal 6
Mei tersebut juga dihadiri oleh sejumlah penggede Tropenzentrum.
Tidak kurang dari Direktur AAA sendiri (Frau Dr. Sabine Loreck)
dan ATDIKBUD kita (Dr. Gatot H. Priowirjanto) turut berperan
serta.
-
- Hari
Jumat, 12 Juni 1998 bertempat di Tropenzentrum, Herrn Dr.
Johannes Gentur Pramana Sutapa menyajikan materi tentang Kayu
Sebagai Bahan Baku. Seminar kali inipun cukup istimewa, dilengkapi
dengan hidangan kecil. Tidak kurang dari 17 orang peserta memadati
ruang seminar. Seminar yang sangat menarik ini merupakan seminar
"perpisahan" bagi Dr. Gentur, karena akhir bulan ini
beliau akan kembali ke tanah air. Selamat Herr Doktor!!
-
- Lintas
Peristiwa
-
- Awal
April lalu ditandai dengan kedatangan sahabat baru dari Indonesia
sebanyak 14 orang. Mereka sedang menempuh studi di Institut für
Goethe eh maksudnya Goethe Institut. Redaksi mengucapkan HERZLICH
WILLKOMEN dan selamat bergabung dengan warga Göttingen.
-
- Tanggal
23 April, rekan kita Johannes Gentur P. Sutapa berhasil mempertahankan
dissertasinya dan berhak menyandang gelar doktor dari Institut
für Forstbenutzung Fakultas Kehutanan dan Ekologi Hutan.
Wisuda yang ditandai dengan mencium sang putri penjual angsa
di depan Rathaus lama (maksudnya Gansellise) itu berlangsung
sangat meriah. Segenap staf redaksi menyampaikan SELAMAT kepada
Herrn Doktor Gentur. Semoga ilmu yang diperoleh sangat bermanfaat
untuk bangsa dan negara kita tercinta.
-
- Sebulan
setelah Dr. Gentur, menyusul rekan kita Candra Fajri Ananda berhasil
menyelesaikan program doktornya pada Institut für Rurale
Entwicklung Fakultas Pertanian. Untuk Herrn Doktor Candra,
redaksi juga menyampaikan SELAMAT, semoga ilmu yang diperoleh
segera diterapkan untuk menang-gulangi situasi krisis di Indonesia.
Tanggal 2 Juni yang lalu Dr. Candra telah pulang ke Indonesia,
tetapi pertengahan Juli nanti datang kembali ke Göttingen
untuk memberikan presentasi
-
- Sejak
bulan Maret lalu, Göttingen kebanjiran warga
baru. Tidak kurang dari lima keluarga warga PPI Göttingen
dikaruniai masing-masing seorang bayi mungil. Tanggal 7 Maret
1998, tepat pukul 13.53 adalah saat paling bahagia bagi pasangan
Arief Arianto dan Waode (Inan) Hamsinah Bolu karena telah lahir
putri pertamanya. Purti kesayangannya itu diberi nama, Malika
Bestari Arianto Hidayat. Di Indonesia, pada tanggal 28 Maret
1998 juga telah lahir dengan selamat putra kedua dari Keluarga
Istanto. Bayi itu diberi nama Reyhan Nabila. Disusul tanggal
9 Mei 1998 telah lahir putra pertama dari pasangan Despal dan
Rudy Affan. Bayi mungil itu diberi nama Insan Mujahid Adnan.
Menyusul Keluarga Ruddy dan Arief adalah Keluarga Edy Hartulis
yang sangat berbahagia dengan putri ketiganya, yaitu tanggal
16 Mei 1998. Putri mungil ketiganya ini diberi nama Halimah Azzahra.
Belum lama berselang, Keluarga Suharno juga menikmati kebahagian
serupa dengan kehadiran putri keduanya pada tanggal 28 Mei 1998.
Putri mungil itu diberi nama Georgiana Sekar Serani. Atas kebahagiaan
mereka semua, Redaksi juga turut berbahagia sekaligus mengucapkan
SELAMAT atas kelahirannya disertai doa semoga menjadi anak-anak
bangsa yang soleh, berbakti kepada orang tua dan berguna bagi
bangsa dan negara
-
- Segera
menyusul dalam untaian peristiwa "kelahiran" ini adalah
Rina Mutiara (istri rekan Benny Mutiara) dan Ika (istri rekan
Candra F. Ananda, di Indonesia) yang diperkirakan akhir Juli,
dan rekan Leti Sundawati (isteri dari rekan Andy A. Zaelany)
pada bulan September. Selanjutnya rekan July Tarigan (istri rekan
Jongkers Tampubolon) rekan Ninik Prastiwi Ganeswati (istri rekan
Hari Priyanto), dan Siska (isteri rekan Didik Budi Purwanto)
juga akan menyusul. Masih ada yang terlewat ??? bitte melden
Sie sich an !! he..he
-
- Baru
datang kembali rekan kita Margaretha Pangau dari Indonesia. Dia
adalah alumni program bahasa Inggeris angkatan ke-3 dari Fakultas
Pertanian.
-
- Berita
Duka. Telah kembali kehadhirat Tuhan Yang Maha Kuasa ayahanda
rekan Eta (Margareta Pangau) pada tanggal 11 Juni 1998. Redaksi
turut belasungkawa dan mendoakan semoga arwahnya diterima di
sisi-Nya dan kepada rekan Eta, semoga tabah menghadapi cobaan
hidup ini.
-
- Pada
tanggal 26 Mei 1998, rekan Adam Malik yang juga mantan orang
nomor satu PPI Göttingen, telah berangkat ke Indonesia untuk
melaksanakan penelitian lapangan. Pengumpulan data ini dilakukan
di Sulawesi Tengah (Palu), dimana dia tinggal dan bekerja. Redaksi
mengucapkan selamat penelitian semoga kesuksesan selalu menyertai
rekan Adam.
-
- Waktu
dan Tepat Waktu
- Oleh:
Irfan
Dibandingkan
dengan orang asing, masyarakat Jerman terkenal dengan ketepatan
waktunya. El Hajaj menggambarkannya dengan die Deutschen sind
pünktlich wie die Eisenbahn. Mungkin ada orang Indonesia
yang tidak mengerti kalimat ini, bukan karena mereka tidak mampu
memahami maknanya, tetapi karena tidak tahu artinya. Karena itu
dicobalah untuk diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, yang
berarti orang Jerman tepat waktu seperti kereta api".
Walaupun demikian tetap saja diantara kita ada yang sulit memahami
kalimat ini, karena adanya kenyataan bahwa kereta api di Indonesia
bahkan sering kali terlambat.
Ketepatan
waktu dalam gambaran di atas menurut El Hajaj karena kereta hanya
mengenal satu rel saja. Jalannya lurus terus, tidak pernah berliku-liku
dan tidak pernah melihat kiri kanan. Berbeda dengan orang asing
yang kalau berjalan banyak hambatan-nya. Setiap bertemu kawan
paling tidak harus berhenti sebentar, baik untuk sekedar bertegur
sapa ataupun berbicara singkat atau bahkan berbicara dengan hangatnya
sampai-sampai lupa dengan tujuan perjalanannya. Sebaliknya sebagian
orang Jerman malah terpana ketika melihat kebiasaan orang Indonesia
yang setelah berpamitan kembali ngobrol, pamitan dan ngobrol
lagi, dan akhirnya setelah mungkin lebih dari lima kali bersalaman
baru bisa pamitan benaran.
Karena
kebiasaan orang Jerman yang tepat waktu, maka alasan-alasan seperti
jalanan macet, ketinggalan bis, mobil mogok, ban sepeda pecah,
ketiduran, dll semuanya tidak dapat dipergunakan untuk melegalisasi
keterlambatan seseorang. "Die Zeit ist Geld" (waktu
adalah uang), begitulah kata mereka. Karena itu misalnya menolak
ajakan/ tawaran/permintaan seseorang dengan alasan tidak
ada waktu adalah sangat wajar bila dibandingkan dengan
alasan-alasan lainnya. Tentunya supaya lebih sopan sebelum menolak
harus disertai dengan ungkapan penyesalan seperti Tut mir
so leid" atau bahkan Tut mir wirklich so...so...so...leid".
Pengulangan kata-kata so" dalam kalimat tersebut bisa
diperbanyak lagi tergantung kepada tingkat penyesalan dan juga
tergantung kepada siapa lawan bicaranya. Tindakan seperti ini
jauh lebih baik dari pada hanya berkata ja..ja" atau
vielleich" (barangkali) atau bertindak mengangguk-anggukkan
kepala" karena merasa tidak enak untuk mengatakan tidak
bisa (tidak berani menolak), namun pada saat dibutuhkan
ternyata diam-diam menghilang ataupun tidak datang.
Selain
tepat waktu, orang Jerman juga sangat menghargai waktu. Lihat
saja bagaimana cara mereka berjalan: begitu cepat!. Namun
kalau semuanya benar demikian (kalau memang benar mereka melakukannya
karena sangat menghargai waktu) kenapa malah waktu Urlaub (cuti/berlibur)
mereka begitu panjang, yaitu bisa-bisa mencapai enam minggu kerja
dalam setahun? Tidak aneh..., saya sendiri juga lebih suka melakukan
Urlaub dari pada memikirkan jawaban pertanyaan ini.
- (Rekan Irfan
adalah dosen pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh; beliau sedang
menyelesaikan program Ph.D. nya pada Institut für Agrarchemie,
Abteilung Produkt-qualität, Uni Göttingen)
- Seiring
dengan genderang reformasi di Indonesia, di Göttingen juga
tengah dilakukan pergantian pucuk pimpinan PPI. Tapi tentu saja
alasan pergantiannya bukan karena ketidakpuasan warga terhadap
pimpinan PPI, melainkan karena sang ketua lama, rekan Adam Malik,
segera kembali ke Indonesia untuk melakukan penelitian.
Pesta
demokrasi itu dilakukan hari Kamis, 20 Mei 1998, berbarengan
dengan hari kebangkitan nasional Indonesia, sekaligus berbarengan
juga dengan turunnya presiden kita Soeharto. Tapi lagi-lagi PPI
tidak identik dengan Indonesia. Jadi ya
just coincident!!
atau Zufall!! alias kebetulan saja watunya bareng!!
Diiringi
gerimis dan dipayungi mendung, hari itu telah dilakukan pemilihan
ketua PPI baru. Terpilih sebagai ketua baru menggantikan rekan
Adam Malik adalah rekan Rinekso Soekmadi, yang pada kepengurusan
sebelumnya sebagai wakil ketua.
Resep
1: Ayam Goreng Praktis
Bahan:
- Chicken
wings (atau bagian mana saja, yg penting motongnya jangan gede2)
- Cuka
+ air hangat
- Jeruk
nipis
- Kunyit
bubuk (seujung sendok teh)
- Garam
secukupnya
Cara
memasak:
- Rendam
ayam di dalam bahan-bahan tsb di atas 1-2 jam. (mau overnight
juga boleh, sampe ayamnya keriput..) (Besok paginya..) goreng
ayam yg sudah direndam tadi dalam minyak yang panas. (nggorengnya
kalo lagi sepi2 aja, otherwise cepet abis, digado-in
)
Hidangkan dgn nasi panas + sambal Bangkok... ummmm...
- dari
Mitha (pramitha@chml.ubc.ca)
- sumber: isnet.org
Resep
2: Soto Betawi
Bahan: bumbu
dihaluskan:
- 0.5
kg daging sapi/ayam 5 butir bawang merah
- 1
lembar daun salam 3 siung bawang putih
- 1
batang serai dimemarkan 2 butir kemiri
- 1
cm lengkuas dimemarkan .5 cm jahe
- minyak
goreng sedikit merica halus
- 400
c santan garam
- emping
goreng
- 1
sendok makan bawang goreng
- 2
batang daun bawang, diiris
- 1
batang daun seledri, diiris
- Cara
membuat:
Rebus daging bersama-sama dengan salam, serai dan lengkuas. Sesudah
empuk, pisahkan kaldunya sebanyak 0,5 liter. Angkat daging dan
potong-potong (gede-gede juga boleh kalo mau). Tumis bumbu yg
sudah dihaluskan dgn minyak sampai harum, dan masukkan kaldunya.
Tambahkan santan dan masak sampai mendidih, kemudian diaduk-aduk
supaya santan tidak pecah. Taruh daging dan siram dgn kuah soto.
Taburkan emping, bawang goreng dan daun seledri di atasnya.
- dari
: Lail
sumber: isnet.org
Resep
3: Jeruk isi eskrim (Jeskrim)
- Bahan:
- 4
buah jeruk sunkist
- 200
gr es krim vanilli (bisa diganti sesuai dengan selera dan dana
yang tersedia)
- 125
cc orange juice
- 2
sendok makan rhum (kalau suka)
Cara
membuat:
Sangat
gampang... Potong bagian atas jeruk , sebagai tutup. Dengan menggunakan
sendok, keluarkan daging buahnya.Setelah itu cincang daging buahnya,
lalu campurkan dengan bahan yang lainnya. Setelah itu, masukan
campuran tsb kedalam rongga jeruk tadi. Dan tutup dengan potongan
kulit jeruk tadi. Bungkus dengan 'alluminium foil' rapat-rapat
dan masukan kedalam freezer. Setelah beku, Jeskrim siap dihidangkan.
Tuh, kan gampang....yang penting punya kulkas.
dari
Aa (tamami@novia.net)
sumber: isnet.org |