Perhimpunan Pelajar Indonesia di Goettingen
Indonesian Student Union-Göttingen-Germany
Vereinigung indonesischer Studenten in Deutschland e.V Zweigstelle Göttingen

Edisi 1 | Edisi 2 | Edisi 3 | Edisi 4 | Edisi 5 | Edisi 07/2002 | Edisi 05/2002
Edisi 1: Juli 1997 Warta PPI

Dari Redaksi
 
Puji syukur ke hadhirat Tuhan semesta alam atas terbitnya edisi ke dua buletin ini. Setelah Dewan Redaksi mengadakan rapat pembahasan, akhirnya diputuskan untuk mengubah judul buletin kita agar lebih bernafaskan Indonesia. Seperti lumrahnya wadah yang sedang berkembang, penampilan kali inipun disertai penyempurnaan di sana-sini agar lebih menarik dan padat informasi sehingga tujuan utama penerbitannya dapat tercapai. Beberapa rubrik yang baru dalam penerbitan kali ini antara lain Tokoh Kita yang menampilkan sosok manajer sukses Dr D. Mai (‘raja’nya Tropenzentrum); Tilik Sambang merupakan informasi sekilas tentang kadatangan tamu dari Indonesia ke Göttingen. Selain itu redaksi juga menghadirkan rubrik Tips yang akan selalu berubah dalam setiap edisi penerbitan, serta sebuah rubrik Penjuru (pengalaman lucu dan seru) turut melengkapi penampilan kali ini.
Dalam dua bulan terakhir ini sangat sarat berita yang berhasil diliput oleh tim redaksi. Kehadiran Rektor IPB beserta ibu telah membawa kesegaran tersendiri. Wisuda bagi rekan-rekan magister kehutanan dan pertanian program bahasa Inggeris akhir September lalu dilanjutkan dengan pesta perpisahan juga turut menyemarakkan bursa warta kita kali ini. Calon-calon pemimpin bangsa itu sudah kembali ke tanah air untuk mengasah kembali kawruh yang telah dibekalkannya. Akhirnya kehadiran "kawan baru" di Göttingen ini juga menghadirkan nuansa segar tersendiri dengan kekerabatan yang kental, hangat dan akrab. Kepada kawan baru, Redaksi mengucapkan Herzliche Willkommen !! Selamat datang dan bergabung dengan kita sekalian. Semoga kekerabatan dengan suasana keakraban yang kental ini akan selalu terjalin tidak hanya di sini saja, tetapi juga berlanjut sampai ke tanah air. Kita ini sesaudara…. Kepada pembaca yang budiman, akhirnya redaksi mengucapkan "Selamat Menikmati" hidangan kami yang sederhana ini disertai himbauan untuk berpartisipasi berupa pengiriman naskah, cerita lucu dan seru, atau topik apa saja….. Wir warten auf Euere Aufsatz …. Danke !


Tilik Sambang
Hari itu cukup cerah, ketika Pak Dr. Endang Gumbira Sahid, salah satu Direktor dan dosen program Magister Management Agrisbisnis IPB, menjenguk kota kita. Hari itu adalah 11 September. Entah atas nama siapa beliau bicara (beliau punya jabatan di beberapa tempat, red.), yang jelas beliau sempat menghadiri seminar rutin kita di Tropenzentrum pada hari Jum’at, 12 September dan memberikan tips kiat sukses untuk para cerdik pandai yang tengah menimba ilmu di Göttingen ini, yaitu bahwa seseorang sarjana teknis (apapun) harus juga mempelajari manajemen sehingga akan lebih berhasil dalam meenempuh kariernya. Diingatkan kembali bahwa unsur manajemen itu meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi untuk keterlanjutan dan penyempurnaan. Dikatannya pula bahwa mempelajari ilmu manajemen itu tidak harus kuliah manajemen, tapi bisa juga melalui membaca sendiri buku-buku yang berkaitan dengan manajemen.
Tanggal 22 September lalu Pak Rektor IPB, Prof. Dr. Soleh Salahuddin, beserta ibu berkunjung ke Göttingen atas undangan Tropenzentrum. Selain menghadiri acara wisuda para alumni baru MSc kehutanan dan pertanian berbahasa Inggeris, beliau membicarakan juga beberapa kemungkinan proyek kerja sama dengan Uni Göttingen. Disela-sela acara kunjungannya, beliau menyempatkan ber’olahraga’ Golf bersama beberapa profesor Göttingen. Pada kesempatan tersebut juga dimanfaatkan berkumpul dengan mahasiswa Indonesia di Göttingen pada hari Rabu pagi tanggal 24 September bertempat di Institut für Rurale Entwicklung, Waldweg 26. Pertemuan yang sangat padat informasi itu dihadiri juga oleh perwakilan dari Hannover.
Awal Desember kemarin, di tengah dinginnya suasana winter, hadir menghangatkan suasana Göttingen dua staf pengajar IPB untuk memberikan kuliah di program MMA. Beliau itu adalah Dr. Bungaran Saragih dan Dr. Koeswardhono. Kepada beliau berdua Redaksi mengucapkan Selamat Datang di Göttingen, semoga selalu sehat-wal’afiat walaupun cuaca agak kurang bersahabat.

Pojok Seminar
Bulan September lalu adalah "bulan seminar" bagi para mahasiswa Göttingen. Bulan itu memang bulan terakhir bagi rekan-rekan program MSc kehutanan dan pertanian berbahasa Inggeris. PPI bekerja sama dengan Indonesian Study Club (ISC) dan Tropenzentrum menyelenggarakan seminar ‘rutin’ dua mingguan, sebagai wahana tukar pikiran, latihan berdiskusi, mengeluarkan pendapat dan berargumentasi dalam bahasa Inggeris. Seminar dua mingguan ini dilaksanakan di Tropenzentrum pada hari Jum’at pukul 15.00 – 17.00. Beberapa rekan yang telah berpartisipasi aktif mempresentasikan makalahnya adalah : Agung Karuniawan (tentang pengaruh masa panen terhadap produksi) dan Agung Widya Wardhana (tentang penilaian keberhasilan penghijauan di dua sub-DAS di NTT)(5. September), Margaretha Z. Pangau (tentang kondisi populasi Anoa di Sulawesi), Ernawati (tentang kontribusi HPH terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan), dan Binbin Bintang (tentang konservasi walet di Jawa Barat) (12. September), Arya H. Dharmawan (tentang strategi survive dari petani dalam hubungannya dengan perubahan struktur masyarakat petani; 10 Oktober), dan Dahrul Syah (tentang analisis protein). Topik-topik yang diseminarkan adalah seputar bidang dan materi yang berhubungan dengan masalah khusus yang tengah didalami. Redaksi mengundang rekan lainnya untuk juga berpartisipasi aktif dalam program seminar ini. Bagi rekan yang berminat menyajikan makalah, silakan menghubungi rekan Memen atau Rekan Rinekso atau rekan Inan.

Tokoh Kita
Seperti kita ketahui, tanggal 9 Oktober 1997 yang lalu telah tiba di Göttingen sekitar 50 kawan baru yang berasal dari berbagai daerah di tanah air: Jambi, Bogor, Kupang, Jayapura, Kendari, Jakarta, Manado, Ambon dll. Disini mereka akan mengikuti program S-2 dan S-3 pada Georg-August Universität Göttingen. Program tersebut adalah atas kerjasama Indonesia-Jerman yang dikelola oleh Tropenzentrum. Untuk mengetahui lebih jauh tentang program ini, staf redaksi buletin rekan Waode Arianto (Inan) bersama Arief Arianto kali ini berhasil menjumpai orang sukses itu, Dr. Diethard Mai, managing director Tropenzentrum. Berikut ini adalah petikan wawancaranya:
 
T (staf redaksi Warta PPI): Program apa saja yang diikuti oleh 50 mahasiswa Indonesia yang baru datang?
DM (Dr. Diethard Mai): Secara keseluruhan terdiri dari 4 program, yaitu program master bidang pertanian tropis dan subtropis, program master bidang kehutanan tropis dan subtropis, program master agribisnis, dan program doktor. Khususnya untuk program bidang pertanian dan kehutanan tropis dan subtropis kali ini adalah Angkatan ke-4 (Angk.I th.91/93 diikuti 20 mhs., Angkt.II th.93/95 diikuti 25 mhs.,dan Angk.III ada 30 mhs. Peserta program ini juga ada yang berasal dari negara lain, untuk tahun ini dari Malaysia (2 orang),Filipina (1 orang), Thailand (1 orang), Ethiopia (1 orang) dan Kamerun juga 1 orang.
 
T: Berapa lama waktu belajar yang mereka dibutuhkan untuk menyelesaikan studinya?
DM : Untuk program Master bidang pertanian dan kehutanan dan agribisnis sekitar 2 tahun. Khusus untuk program agribisnis, tiga bulan pertama adalah kuliah pembekalan di Indonesia. Sepuluh bulan berikutnya mengikuti kuliah di Georg-August Universität Göttingen. Kemudian 8 bulan penelitian di Indonesia dan 6 bulan terakhir kembali berada di Göttingen untuk penyusunan thesis dan kolokium
 
T: bagaimana persiapan kurikulum dan tenaga pengajar dari pihak GAUG (Georg-August Universität Göttingen, Red.)?
DM : Materi kurikulum berdasarkan kebutuhan di Indonesia dan disusun bersama oleh suatu tim yang dikoordinir oleh Tropenzentrum. Begitu pula kegiatan perkuliahan dan risetnya. Tenaga pengajar terutama dari Universitas Göttingen. Disamping itu juga ada pengajar tamu dari USA, Indonesia dan lembaga-lembaga internasional terkait contohnya IRRI Filipina.
 
T : Menurut pengalaman Anda kendala apa yang terutama dihadapi oleh mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Göttingen, khususnya program bahasa Inggeris?
DM (sambil tersenyum): Secara umum mahasiswa Indonesia menghadapi masalah bahasa sebagai kendala yang serius. Kendala ini yang terutama menghambat, baik dalam proses perkuliahan, konsultasi, maupun saat riset dan penulisan thesis. Yang penting lainnya adalah kemandirian karena mereka belum terbiasa bekerja secara mandiri, sehingga sulit mengembangkan kreativitas individu. Juga hambatan bersifat kultural, yaitu si mahasiswa enggan bertanya meskipun tidak paham, sungkan mendebat atau mengkritik meskipun tidak setuju, sungkan menolak meskipun tidak mau. Hambatan ini menyebabkan mahasiswa tak terbiasa mengemukakan pikiran secara terbuka.
Namun demikian, Herrn Dr. Mai dengan optimis mengungkapkan, mereka akan berhasil dengan baik apabila segera beradaptasi dengan lingkungan Universitas. Di balik rasa optimis itu, tersirat juga harapan besar akan kerja sama yang lebih erat dengan pihak Indonesia. Selamat Pak Mai…

Lintasan Peristiwa Pada tanggal 5 September 1997, bertempat di ruang seminar Tropenzentrum telah dilakukan pemilihan pengurus baru ISC (Indonesian Students Club), sehubungan dengan telah berakhirnya masa kepengurusan sebelumnya. Telah terpilih untuk mengurus kesinambungan ISC adalah rekan Memen, rekan Rinekso dan rekan Inan. Kepada rekan bertiga, redaksi mengucapkan Selamat mengemban tugas dan amanah warga Göttingen. Dan kepada rekan Edy Hartulis beserta para punggawanya, redaksi menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas jerih payah dan darmabaktinya. Semoga ISC kita selalu jaya…….
Redaksi menyampaikan ucapan Selamat kepada rekan-rekan yang telah berhasil menyelesaikan kursus bahasa Jerman di Goethe Göttingen. Kepada yang belum berhasil, nggak usah kecil hati… masih ada hari esok. Empat rekan lain telah pindah ke kota lain sesuai dengan Uni tempat melanjutkan studinya, yaitu Adang ke Kassel, sementara Niam, Cuk dan Heru ke Berlin.
Awal winter semester ini juga ditandai dengan habisnya ‘masa kontrakan’, artinya beberapa rekan harus pindah rumah. Mereka itu adalah keluarga Dedy Budiman Hakim (ATW 22 G, tel. 373873), rekan Rinekso (Goßlerstr. 77/619, tel. 371261), rekan Agus Susanto (Goßlerstr. 77/206, tanggal 16 Des. besok akan kembali ke tanah air, selamat atas keberhasilannya menyelesaikan program MSc nya); rekan Dirvamena Boer (Goßlerstr. 77/204, telah kembali ke tanah air).
Sejumlah 22 dosen Indonesia dari berbagai wilayah telah berkunjung ke Göttingen pada tanggal 3-6 November untuk melakukan studi banding dan penjajagan kerjasama. Beliau sedang mengikuti pelatihan ‘International Network’ di Perancis. Dalam acara kunjungan tersebut, Tropenzentrum bekerjasama dengan mahasiswa Indonesia menyelenggarakan malam penyambutan di AFRO-ASIA.
Dua rekan kita telah ‘resmi’ menjadi ayah atas kelahiran putra pertama mereka. Mereka yang berbahagia itu adalah rekan Adang Suhendra (Kassel) dan rekan Arie Bainus. Kepada keduanya redaksi menyampaikan Selamat dan Berbahagia. Putra dari rekan Arie diberi nama Der Derian Auliya (lahir 16.11.1997). Sedangkan nama dan tanggal kelahiran dari puteri rekan Adang, redaksi belum berhasil menghimpun datanya karena kesulitan ‘non-teknis’ (rekan Adang suibuk banget, jadi sulit dihubungi, untuk itu redaksi mohon ma’af).
Berita Duka. Innalillahi wa innaillaihi roji’un. Kembali bumi Goettingen digoncang berita duka. Seorang alumnusnya, yaitu Asril (biasa dikenal dengan panggilan Uda) telah mendahului kita kembali ke haribaan illahi pada pertengahan bulan Nopember lalu. Uda telah dua tahun lebih bersama kita. Kini kita semua kehilangan orang baik dan periang. Segenap Dewan Redaksi turut bela sungkawa dan turut mendoakan semoga diampuni dosa dan kesalahan beliau semasa hidup dan diterima segala amalan baiknya.
Beberapa rekan telah berangkat ke Indonesia untuk melaksanakan penelitian lapangan (pengumpulan data), yaitu rekan Arya dan rekan Iskandar Zulkarnaen. Sukses senantiasa menyertai Anda. Akhir bulan November lalu rekan Ari Bainus juga kembali ke Indonesia untuk menengok ‘warga baru‘ nya sambil mengumpulkan data.
Beberapa rekan akan kembali ke tanah air untuk menjemput keluarganya, yaitu rekan Ibrahim (16 Des.), rekan Hari Priyanto (23 Des.), dan rekan Istanto (16 Des.). Rekan Eri juga akan kembali ke Indonesia tanggal 18 Deseember sehubungan telah selasai tugasnya di Göttingen.
Awal Desember ini keluarga rekan Didik telah datang di Göttingen. Kepada keluarga rekan Didik diucapkan Selamat, dan semoga betah dan semakin bahagia.
Pada tanggal 13 Desember lalu rekan-rekan umat Nasrani telah merayakan Natal di Hamburg (KONJEN RI) dengan rombongan berkekuatan satu bus. Kepada rekan-rekan Nasrani, redaksi mengucapkan Selamat Natal semoga kedamaian selalu menyertai Anda sekalian.
Tanggal 18-19 Desember ini beberapa rekan mengikuti Seminar "Tropen Tag" di Hochenheim. Mereka itu adalah rekan Candra, rekan Edy Hartulis, rekan Dahrul Syah, dan rekan Arief Arianto. Redaksi menunggu "oleh-oleh" dari Hochenheim unruk dapat dibagikan kepada rekan-rekan dalam acara seminar ‘rutin’ kita.


TIPS I : Mensiasati Sukses Studi Di Göttingen

(oleh : Arya H. Dharmawan, Institute of Rural Development, Univ.Göttingen)
 
Dalam kesempatan ini saya akan menyampaikan beberapa sikap penting yang harus dijaga dalam berkehidupan terutama ketika bergaul dengan masyarakat kampus (orang Jerman) di Göttingen ini.
Tepat waktu (Punktlichkeit).Budaya ini sangat tipikal pada masyarakat Jerman. Kita bangsa ‘Jam Karet’ tampaknya harus agak bersusah payah untuk bisa melakukan yang satu ini. Jangan pernah terlambat, terutama bila buat janji dengan orang Jerman. Pengalaman sehari-hari memperlihatkan kepada kita bagaimana orang Jerman yang serta merta mengumbar sumpah serapah ketika sebuah bis kota terlambat datang lima menit di suatu halte.
Kecepatan (dalam melakukan pekerjaan), kerapian serta kebersihan. Ketiga hal ini pun sifat tipikal orang Jerman. Hal mudah yang dapat diamati adalah bagaimana bangsa ini selalu menjaga kebersihan MCK (mandi- cuci- kakus) yang ada (bandingkan dengan MCK di kantor-kantor resmi di Indonesia). Kita mungkin bisa belajar hal berguna dari sini.
Moral non-corruptive dan memelihara prosedur non-birokratisme. Orang Jerman paling tidak suka birokrasi berbelit-belit yang dapat memicu peluang korupsi. Tampaknya hal ini pun termasuk butir positif yang perlu dicontoh. Kepercayaan (orang selalu menunjukkan attitude yang positif terhadap orang lain), konsistensi serta komitmen terhadap regulasi yang berlaku dalam hal ini menjadi penyangga utama berlangsungnya mekanisme itu. Dengan moral ini, jarang ditemukan conspiracy (persekongkolan antar orang) yang berdampak negatif bagi kepentingan orang lain.
Cara kerja yang sistematis. Jika kita mengunjungi lembaga manapun di Jerman, maka kesan yang selalu muncul adalah sistematika kerja yang sangat teratur rapi. Mereka sangat menghindari cara kerja chaotic (cara kerja yang ‘heboh’ sebagaimana layaknya dilakukan orang-orang dari negeri dunia ketiga). Perilaku dan cara hidup inilah yang menyokong kehidupan Jerman demikian teratur dan efisien.

Budaya cara kerja yang terjadwal (dan konsisten). Kegiatan seseorang atau suatu lembaga biasanya ditetapkan jauh hari sebelumnya. Dengan demikian orang akan mudah melakukan estimasi penggunaan waktunya terlebih dahulu ketika ia hendak melakukan kontak dengan orang lain. Oleh karena itulah maka di Jerman masyarakatnya sangat erat memegang kebiasaan membuat janji (appointment).
 
Sikap selalu menghargai orang (apapun jabatan orang itu) dan cepat meminta maaf.
 
Sikap kurang menggunjing dan berbicara tak tentu arah (terutama selama bekerja).
Kutu buku. Silahkan masuk ke rumah seorang sarjana Jerman, maka apa yang segera tampak adalah deretan koleksi buku. Bangsa ini memiliki reading habit yang sangat tinggi. Jadi wajarlah jika Jerman dijuluki negeri para ‘Penyair’ dan ‘Pemikir’.
Satu hal penting yang harus dikembangkan oleh kita semua adalah sikap ‘stubborn’ (dalam arti positif) ketika berhadapan dengan profesor. Kita harus bisa dan mampu meyakinkan tentang pendapat kita (dengan dasar rasional serta rujukan yang tepat dan memadai) dan jangan ‘loyo’ di depannya. Sikap demikian sangat disukai karena kita dianggapnya bersikap pro-aktif dan selalu ingin maju. Viel Erfolg !!
(Rekan Arya adalah salah satu peserta terbaik dari program MSc berbahasa Inggeris Angkatan I (1991-1993). Tidak lama setelah keberhasilannya menyandang gelar master di bidang Sosiologi Petanian, beliau terus melanjutkan Ph.D. nya di institut yang sama. Saat ini beliau tengah mengumpulkan data di Indonesia untuk program S-3 nya. Atas keberhasilannya tersebut, beliau mencoba ‘menularkan’ kiat-kiatnya mencapai sukses belajar di Göttingen. red.).


TIPS II : Resep Oseng-oseng Mie
(oleh : Ibu Rina B. Mutiara)
 
Bahan:
  • 500 gr Mie basah
  • 8 butir Bawang Merah,diiris tipis (2 Bawang Bombay sedang),
  • 4 butir Bawang Putih diiris tipis
  • 4 Cabai Merah diiris serong
  • 10 Cabai Hijau diiris serong
  • 2 lembar Daun Salam
  • 2 cm Lengkuas dimemarkan
  • 200 gr Udang dikupas
  • 100 gr Daun Melinjo/Kol Rabi/Sawi
  • 100 gr Taoge
  • 6 sendok makan kecap manis
  • Garam secukupnya
  • Bumbu penyedap
Cara membuatnya :
Rendam mie dengan air hangat suam-suam kuku. Panaskan Minyak, tumis Bawang dan Cabai, masukkan Daun salam dan Lengkuas.Aduk sampai harum baunya, masukkan Udang. Setelah Udang berubah warna, masukkan Daun Kol Rabi/Sawi/Daun Melinjo dan Tauge. Bubuhkan Kecap Manis, Garam dan Bumbu Penyedap. Bila perlu dapat dituangi sedikit air dan masak sampai daunnya layu. Terakhir masukkan Mie, aduk sampai rata dan seluruh Bahan matang. Angkat dan hidangkan sebagai lauk pauk. Resep ini untuk sekitar 8 - 10 orang.
Selamat mencoba dan Guten Appetit !! (kalau mau coba-coba, ngundang redaksi ya sebagai Quality controller !, Red.)
(Frau Rina B. Mutiara adalah isteri dari rekan kita Beni Mutiara. Keluarga Mbak Rina dan rekan Beni ini telah dikaruniai putera satu orang yang lahir di Göttingen. Dia adalah Muhammad Moldynniz Mutiara. red).

Penjuru
Pe-De-nya si Al-Brecht …
Kisah ini dialami oleh seorang bernama Al-Brecht Silobagaya. Dari namanya, orang pasti sulit menerka darimana gerangan asalnya. Orangnya sih biasa aja, cuman pe-de nya yang boleh diacung genggam. Pokoknya pe-deeeee banget deh tuh orang. Kegagalan adalah guru yang bijaksana, begitu kata orang, tapi tidak buat si Al-Brecht. Malu bertanya sesat di jalan, itu pun kata orang banyak, tapi lagi-lagi tidak bagi dia. Konon pada suatu hari si Al-Brecht mencuci pakaiannya dengan mesin cuci di salah satu Studenten Wohnheim. Baru dua hari datang di Göttingen dia sudah nggak betah, tangannya gatel pengen nyuci karena kebiasaan di Indonesia memang begitu. Dia ditemeni oleh salah satu karibnya, Thaer Sisigarantang kawan sekampungnya. Maunya sih aksi sambil ngasih contoh gimana cara nyuci di mesin cangggih.
Empat butir 50 Pfennig dimasukkannya ke liang koin sesuai dengan yang tertera di petunjuk yang berbahasa Jerman itu (ya…tentu saja dia sambil petentang-petenteng, bergaya di depan si Thaer seperti instruktur profesional). Dimasukkannya pakaian kotornya ke dalam lubang mesin cuci bermerek Siemens, lantas ditinggalkannya setelah tombol warna hijau ditekannya. Mesin itu pun nurut perintah Al-Brecht. Dengan senyum kemenangan dia berjalan bersama si Thaer. Sepanjang jalan dia berkhotbah seputar penggunaan mesin ajaib dan keunggulan non-comparative dengan tenaga manusia.
Selang sejam, mereka berdua kembali menengok cuciannya. Bukan main. Mesin itu sudah berhenti bekerja dan pakaianpun ‘mengkilap’ dan cemerlang. Dilihatnya sekali lagi kotak dimana dia memasukkan koin tadi, ternyata masih tersisa satu setrip yang berarti 50 Pf. masih tersimpan di dalamnya …… nah dasar Al-brecht tea….“ah sayang kalau nggak dimanfaatkan”, gumamnya…. maunya selalu bereksperimen. Dia pikir kalau tombol start ditekan lagi pasti bajunya akan makin kering. Lumayan kan bisa hemat beberapa Pfennig untuk mesin pengering. Namun kali ini agak sial. Tuh mesin membandel, nggak nurut perintah si Al-Brecht ! ternyata yang ngocor air bersih…. Jadi pakaiannya yang semula sudah agak kering kini basah kuyub terendam air. Akhirnya mesin cuci yang penuh air itu dibuka paksa… ya keruan saja air muncrat dan mengalir kemana-mana…. Terpaksa deh si Al-Brecht memeras kembali pakaiannya (sambil ngedumel… kok mesinnya nggak nurut ya…) dan si Thaer yang teman sekampungnya mbantu ngepel lantai. Nah selagi dia meres pakaian, datang dua bule dengan setumpuk cuciannya. Demi melihat Al-Brecht lagi meres baju, dia bertanya : “Ist das kaputt ?” … spontan si Al-Brecht dan si Thaer, yang keduanya baru dua hari kursus bahasa Jerman, menjawab serempak “Ya !”. ya tentu saja tuh bule balik lagi… dasar Al-Brecht …. Pe-de ya pe-de tapi jangan sok tahu Brecht !! (kiriman kawan lama,di Gs77).

Home | Profil | Kota Göttingen | Kegiatan | Kabar-kabari | Album Foto | Warta PPI | Milis PPI | Links
Sekretariat PPI-Goettingen
c/o. Rudi Afnan
Rosenbachweg 10/Whg.1, 37075 Goettingen
Tel./Fax.: 0049.551.2053237
ppi_goettingen@yahoo.de
URL:
https://ppi-goettingen.tripod.com/main.html

Kontak Webmaster