|
- Dari
Redaksi
-
- Puji
syukur ke hadhirat Tuhan semesta alam atas terbitnya edisi ke
dua buletin ini. Setelah Dewan Redaksi mengadakan rapat pembahasan,
akhirnya diputuskan untuk mengubah judul buletin kita agar lebih
bernafaskan Indonesia. Seperti lumrahnya wadah yang sedang berkembang,
penampilan kali inipun disertai penyempurnaan di sana-sini agar
lebih menarik dan padat informasi sehingga tujuan utama penerbitannya
dapat tercapai. Beberapa rubrik yang baru dalam penerbitan kali
ini antara lain Tokoh Kita yang menampilkan sosok manajer sukses
Dr D. Mai (rajanya Tropenzentrum); Tilik Sambang
merupakan informasi sekilas tentang kadatangan tamu dari Indonesia
ke Göttingen. Selain itu redaksi juga menghadirkan rubrik
Tips yang akan selalu berubah dalam setiap edisi penerbitan,
serta sebuah rubrik Penjuru (pengalaman lucu dan seru) turut
melengkapi penampilan kali ini.
- Dalam
dua bulan terakhir ini sangat sarat berita yang berhasil diliput
oleh tim redaksi. Kehadiran Rektor IPB beserta ibu telah membawa
kesegaran tersendiri. Wisuda bagi rekan-rekan magister kehutanan
dan pertanian program bahasa Inggeris akhir September lalu dilanjutkan
dengan pesta perpisahan juga turut menyemarakkan bursa warta
kita kali ini. Calon-calon pemimpin bangsa itu sudah kembali
ke tanah air untuk mengasah kembali kawruh yang telah dibekalkannya.
Akhirnya kehadiran "kawan baru" di Göttingen ini
juga menghadirkan nuansa segar tersendiri dengan kekerabatan
yang kental, hangat dan akrab. Kepada kawan baru, Redaksi mengucapkan
Herzliche Willkommen !! Selamat datang dan bergabung dengan kita
sekalian. Semoga kekerabatan dengan suasana keakraban yang kental
ini akan selalu terjalin tidak hanya di sini saja, tetapi juga
berlanjut sampai ke tanah air. Kita ini sesaudara
. Kepada
pembaca yang budiman, akhirnya redaksi mengucapkan "Selamat
Menikmati" hidangan kami yang sederhana ini disertai himbauan
untuk berpartisipasi berupa pengiriman naskah, cerita lucu dan
seru, atau topik apa saja
.. Wir warten auf Euere Aufsatz
. Danke !
- Tilik
Sambang
- Hari
itu cukup cerah, ketika Pak Dr. Endang Gumbira Sahid, salah satu
Direktor dan dosen program Magister Management Agrisbisnis IPB,
menjenguk kota kita. Hari itu adalah 11 September. Entah atas
nama siapa beliau bicara (beliau punya jabatan di beberapa tempat,
red.), yang jelas beliau sempat menghadiri seminar rutin kita
di Tropenzentrum pada hari Jumat, 12 September dan memberikan
tips kiat sukses untuk para cerdik pandai yang tengah menimba
ilmu di Göttingen ini, yaitu bahwa seseorang sarjana teknis
(apapun) harus juga mempelajari manajemen sehingga akan lebih
berhasil dalam meenempuh kariernya. Diingatkan kembali bahwa
unsur manajemen itu meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan evaluasi untuk keterlanjutan dan penyempurnaan. Dikatannya
pula bahwa mempelajari ilmu manajemen itu tidak harus kuliah
manajemen, tapi bisa juga melalui membaca sendiri buku-buku yang
berkaitan dengan manajemen.
- Tanggal
22 September lalu Pak Rektor IPB, Prof. Dr. Soleh Salahuddin,
beserta ibu berkunjung ke Göttingen atas undangan Tropenzentrum.
Selain menghadiri acara wisuda para alumni baru MSc kehutanan
dan pertanian berbahasa Inggeris, beliau membicarakan juga beberapa
kemungkinan proyek kerja sama dengan Uni Göttingen. Disela-sela
acara kunjungannya, beliau menyempatkan berolahraga
Golf bersama beberapa profesor Göttingen. Pada kesempatan
tersebut juga dimanfaatkan berkumpul dengan mahasiswa Indonesia
di Göttingen pada hari Rabu pagi tanggal 24 September bertempat
di Institut für Rurale Entwicklung, Waldweg 26. Pertemuan
yang sangat padat informasi itu dihadiri juga oleh perwakilan
dari Hannover.
- Awal
Desember kemarin, di tengah dinginnya suasana winter, hadir menghangatkan
suasana Göttingen dua staf pengajar IPB untuk memberikan
kuliah di program MMA. Beliau itu adalah Dr. Bungaran Saragih
dan Dr. Koeswardhono. Kepada beliau berdua Redaksi mengucapkan
Selamat Datang di Göttingen, semoga selalu sehat-walafiat
walaupun cuaca agak kurang bersahabat.
- Pojok
Seminar
Bulan September lalu adalah "bulan seminar" bagi para
mahasiswa Göttingen. Bulan itu memang bulan terakhir bagi
rekan-rekan program MSc kehutanan dan pertanian berbahasa Inggeris.
PPI bekerja sama dengan Indonesian Study Club (ISC) dan Tropenzentrum
menyelenggarakan seminar rutin dua mingguan, sebagai
wahana tukar pikiran, latihan berdiskusi, mengeluarkan pendapat
dan berargumentasi dalam bahasa Inggeris. Seminar dua mingguan
ini dilaksanakan di Tropenzentrum pada hari Jumat pukul
15.00 17.00. Beberapa rekan yang telah berpartisipasi
aktif mempresentasikan makalahnya adalah : Agung Karuniawan (tentang
pengaruh masa panen terhadap produksi) dan Agung Widya Wardhana
(tentang penilaian keberhasilan penghijauan di dua sub-DAS di
NTT)(5. September), Margaretha Z. Pangau (tentang kondisi populasi
Anoa di Sulawesi), Ernawati (tentang kontribusi HPH terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan), dan Binbin
Bintang (tentang konservasi walet di Jawa Barat) (12. September),
Arya H. Dharmawan (tentang strategi survive dari petani dalam
hubungannya dengan perubahan struktur masyarakat petani; 10 Oktober),
dan Dahrul Syah (tentang analisis protein). Topik-topik yang
diseminarkan adalah seputar bidang dan materi yang berhubungan
dengan masalah khusus yang tengah didalami. Redaksi mengundang
rekan lainnya untuk juga berpartisipasi aktif dalam program seminar
ini. Bagi rekan yang berminat menyajikan makalah, silakan menghubungi
rekan Memen atau Rekan Rinekso atau rekan Inan.
- Tokoh
Kita
- Seperti
kita ketahui, tanggal 9 Oktober 1997 yang lalu telah tiba di
Göttingen sekitar 50 kawan baru yang berasal dari berbagai
daerah di tanah air: Jambi, Bogor, Kupang, Jayapura, Kendari,
Jakarta, Manado, Ambon dll. Disini mereka akan mengikuti program
S-2 dan S-3 pada Georg-August Universität Göttingen.
Program tersebut adalah atas kerjasama Indonesia-Jerman yang
dikelola oleh Tropenzentrum. Untuk mengetahui lebih jauh tentang
program ini, staf redaksi buletin rekan Waode Arianto (Inan)
bersama Arief Arianto kali ini berhasil menjumpai orang sukses
itu, Dr. Diethard Mai, managing director Tropenzentrum. Berikut
ini adalah petikan wawancaranya:
-
- T
(staf redaksi Warta PPI): Program apa saja yang diikuti oleh
50 mahasiswa Indonesia yang baru datang?
- DM
(Dr. Diethard Mai): Secara keseluruhan terdiri dari 4 program,
yaitu program master bidang pertanian tropis dan subtropis, program
master bidang kehutanan tropis dan subtropis, program master
agribisnis, dan program doktor. Khususnya untuk program bidang
pertanian dan kehutanan tropis dan subtropis kali ini adalah
Angkatan ke-4 (Angk.I th.91/93 diikuti 20 mhs., Angkt.II th.93/95
diikuti 25 mhs.,dan Angk.III ada 30 mhs. Peserta program ini
juga ada yang berasal dari negara lain, untuk tahun ini dari
Malaysia (2 orang),Filipina (1 orang), Thailand (1 orang), Ethiopia
(1 orang) dan Kamerun juga 1 orang.
-
- T:
Berapa lama waktu belajar yang mereka dibutuhkan untuk menyelesaikan
studinya?
- DM
: Untuk program Master bidang pertanian dan kehutanan dan agribisnis
sekitar 2 tahun. Khusus untuk program agribisnis, tiga bulan
pertama adalah kuliah pembekalan di Indonesia. Sepuluh bulan
berikutnya mengikuti kuliah di Georg-August Universität
Göttingen. Kemudian 8 bulan penelitian di Indonesia dan
6 bulan terakhir kembali berada di Göttingen untuk penyusunan
thesis dan kolokium
-
- T:
bagaimana persiapan kurikulum dan tenaga pengajar dari pihak
GAUG (Georg-August Universität Göttingen, Red.)?
- DM
: Materi kurikulum berdasarkan kebutuhan di Indonesia dan disusun
bersama oleh suatu tim yang dikoordinir oleh Tropenzentrum. Begitu
pula kegiatan perkuliahan dan risetnya. Tenaga pengajar terutama
dari Universitas Göttingen. Disamping itu juga ada pengajar
tamu dari USA, Indonesia dan lembaga-lembaga internasional terkait
contohnya IRRI Filipina.
-
- T
: Menurut pengalaman Anda kendala apa yang terutama dihadapi
oleh mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Göttingen,
khususnya program bahasa Inggeris?
- DM
(sambil tersenyum): Secara umum mahasiswa Indonesia menghadapi
masalah bahasa sebagai kendala yang serius. Kendala ini yang
terutama menghambat, baik dalam proses perkuliahan, konsultasi,
maupun saat riset dan penulisan thesis. Yang penting lainnya
adalah kemandirian karena mereka belum terbiasa bekerja secara
mandiri, sehingga sulit mengembangkan kreativitas individu. Juga
hambatan bersifat kultural, yaitu si mahasiswa enggan bertanya
meskipun tidak paham, sungkan mendebat atau mengkritik meskipun
tidak setuju, sungkan menolak meskipun tidak mau. Hambatan ini
menyebabkan mahasiswa tak terbiasa mengemukakan pikiran secara
terbuka.
- Namun
demikian, Herrn Dr. Mai dengan optimis mengungkapkan, mereka
akan berhasil dengan baik apabila segera beradaptasi dengan lingkungan
Universitas. Di balik rasa optimis itu, tersirat juga harapan
besar akan kerja sama yang lebih erat dengan pihak Indonesia.
Selamat Pak Mai
- Lintasan
Peristiwa Pada tanggal 5 September 1997, bertempat di ruang seminar
Tropenzentrum telah dilakukan pemilihan pengurus baru ISC (Indonesian
Students Club), sehubungan dengan telah berakhirnya masa kepengurusan
sebelumnya. Telah terpilih untuk mengurus kesinambungan ISC adalah
rekan Memen, rekan Rinekso dan rekan Inan. Kepada rekan bertiga,
redaksi mengucapkan Selamat mengemban tugas dan amanah warga
Göttingen. Dan kepada rekan Edy Hartulis beserta para punggawanya,
redaksi menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
atas jerih payah dan darmabaktinya. Semoga ISC kita selalu jaya
.
- Redaksi
menyampaikan ucapan Selamat kepada rekan-rekan yang telah berhasil
menyelesaikan kursus bahasa Jerman di Goethe Göttingen.
Kepada yang belum berhasil, nggak usah kecil hati
masih
ada hari esok. Empat rekan lain telah pindah ke kota lain sesuai
dengan Uni tempat melanjutkan studinya, yaitu Adang ke Kassel,
sementara Niam, Cuk dan Heru ke Berlin.
- Awal
winter semester ini juga ditandai dengan habisnya masa
kontrakan, artinya beberapa rekan harus pindah rumah. Mereka
itu adalah keluarga Dedy Budiman Hakim (ATW 22 G, tel. 373873),
rekan Rinekso (Goßlerstr. 77/619, tel. 371261), rekan Agus
Susanto (Goßlerstr. 77/206, tanggal 16 Des. besok akan
kembali ke tanah air, selamat atas keberhasilannya menyelesaikan
program MSc nya); rekan Dirvamena Boer (Goßlerstr. 77/204,
telah kembali ke tanah air).
- Sejumlah
22 dosen Indonesia dari berbagai wilayah telah berkunjung ke
Göttingen pada tanggal 3-6 November untuk melakukan studi
banding dan penjajagan kerjasama. Beliau sedang mengikuti pelatihan
International Network di Perancis. Dalam acara kunjungan
tersebut, Tropenzentrum bekerjasama dengan mahasiswa Indonesia
menyelenggarakan malam penyambutan di AFRO-ASIA.
Dua rekan kita telah resmi menjadi ayah atas kelahiran
putra pertama mereka. Mereka yang berbahagia itu adalah rekan
Adang Suhendra (Kassel) dan rekan Arie Bainus. Kepada keduanya
redaksi menyampaikan Selamat dan Berbahagia. Putra dari rekan
Arie diberi nama Der Derian Auliya (lahir 16.11.1997). Sedangkan
nama dan tanggal kelahiran dari puteri rekan Adang, redaksi belum
berhasil menghimpun datanya karena kesulitan non-teknis
(rekan Adang suibuk banget, jadi sulit dihubungi, untuk itu redaksi
mohon maaf).
- Berita
Duka. Innalillahi wa innaillaihi rojiun. Kembali bumi Goettingen
digoncang berita duka. Seorang alumnusnya, yaitu Asril (biasa
dikenal dengan panggilan Uda) telah mendahului kita kembali ke
haribaan illahi pada pertengahan bulan Nopember lalu. Uda telah
dua tahun lebih bersama kita. Kini kita semua kehilangan orang
baik dan periang. Segenap Dewan Redaksi turut bela sungkawa dan
turut mendoakan semoga diampuni dosa dan kesalahan beliau semasa
hidup dan diterima segala amalan baiknya.
- Beberapa
rekan telah berangkat ke Indonesia untuk melaksanakan penelitian
lapangan (pengumpulan data), yaitu rekan Arya dan rekan Iskandar
Zulkarnaen. Sukses senantiasa menyertai Anda. Akhir bulan November
lalu rekan Ari Bainus juga kembali ke Indonesia untuk menengok
warga baru nya sambil mengumpulkan data.
- Beberapa
rekan akan kembali ke tanah air untuk menjemput keluarganya,
yaitu rekan Ibrahim (16 Des.), rekan Hari Priyanto (23 Des.),
dan rekan Istanto (16 Des.). Rekan Eri juga akan kembali ke Indonesia
tanggal 18 Deseember sehubungan telah selasai tugasnya di Göttingen.
- Awal
Desember ini keluarga rekan Didik telah datang di Göttingen.
Kepada keluarga rekan Didik diucapkan Selamat, dan semoga betah
dan semakin bahagia.
- Pada
tanggal 13 Desember lalu rekan-rekan umat Nasrani telah merayakan
Natal di Hamburg (KONJEN RI) dengan rombongan berkekuatan satu
bus. Kepada rekan-rekan Nasrani, redaksi mengucapkan Selamat
Natal semoga kedamaian selalu menyertai Anda sekalian.
- Tanggal
18-19 Desember ini beberapa rekan mengikuti Seminar "Tropen
Tag" di Hochenheim. Mereka itu adalah rekan Candra, rekan
Edy Hartulis, rekan Dahrul Syah, dan rekan Arief Arianto. Redaksi
menunggu "oleh-oleh" dari Hochenheim unruk dapat dibagikan
kepada rekan-rekan dalam acara seminar rutin kita.
TIPS I : Mensiasati Sukses Studi Di Göttingen
(oleh : Arya H. Dharmawan, Institute of Rural Development, Univ.Göttingen)
-
- Dalam
kesempatan ini saya akan menyampaikan beberapa sikap penting
yang harus dijaga dalam berkehidupan terutama ketika bergaul
dengan masyarakat kampus (orang Jerman) di Göttingen ini.
- Tepat
waktu (Punktlichkeit).Budaya ini sangat tipikal pada masyarakat
Jerman. Kita bangsa Jam Karet tampaknya harus agak
bersusah payah untuk bisa melakukan yang satu ini. Jangan pernah
terlambat, terutama bila buat janji dengan orang Jerman. Pengalaman
sehari-hari memperlihatkan kepada kita bagaimana orang Jerman
yang serta merta mengumbar sumpah serapah ketika sebuah bis kota
terlambat datang lima menit di suatu halte.
- Kecepatan
(dalam melakukan pekerjaan), kerapian serta kebersihan. Ketiga
hal ini pun sifat tipikal orang Jerman. Hal mudah yang dapat
diamati adalah bagaimana bangsa ini selalu menjaga kebersihan
MCK (mandi- cuci- kakus) yang ada (bandingkan dengan MCK di kantor-kantor
resmi di Indonesia). Kita mungkin bisa belajar hal berguna dari
sini.
- Moral
non-corruptive dan memelihara prosedur non-birokratisme. Orang
Jerman paling tidak suka birokrasi berbelit-belit yang dapat
memicu peluang korupsi. Tampaknya hal ini pun termasuk butir
positif yang perlu dicontoh. Kepercayaan (orang selalu menunjukkan
attitude yang positif terhadap orang lain), konsistensi serta
komitmen terhadap regulasi yang berlaku dalam hal ini menjadi
penyangga utama berlangsungnya mekanisme itu. Dengan moral ini,
jarang ditemukan conspiracy (persekongkolan antar orang) yang
berdampak negatif bagi kepentingan orang lain.
- Cara
kerja yang sistematis. Jika kita mengunjungi lembaga manapun
di Jerman, maka kesan yang selalu muncul adalah sistematika kerja
yang sangat teratur rapi. Mereka sangat menghindari cara kerja
chaotic (cara kerja yang heboh sebagaimana layaknya
dilakukan orang-orang dari negeri dunia ketiga). Perilaku dan
cara hidup inilah yang menyokong kehidupan Jerman demikian teratur
dan efisien.
Budaya cara kerja yang terjadwal (dan konsisten). Kegiatan seseorang
atau suatu lembaga biasanya ditetapkan jauh hari sebelumnya.
Dengan demikian orang akan mudah melakukan estimasi penggunaan
waktunya terlebih dahulu ketika ia hendak melakukan kontak dengan
orang lain. Oleh karena itulah maka di Jerman masyarakatnya sangat
erat memegang kebiasaan membuat janji (appointment).
-
- Sikap
selalu menghargai orang (apapun jabatan orang itu) dan cepat
meminta maaf.
-
- Sikap
kurang menggunjing dan berbicara tak tentu arah (terutama selama
bekerja).
- Kutu
buku. Silahkan masuk ke rumah seorang sarjana Jerman, maka apa
yang segera tampak adalah deretan koleksi buku. Bangsa ini memiliki
reading habit yang sangat tinggi. Jadi wajarlah jika Jerman dijuluki
negeri para Penyair dan Pemikir.
- Satu
hal penting yang harus dikembangkan oleh kita semua adalah sikap
stubborn (dalam arti positif) ketika berhadapan dengan
profesor. Kita harus bisa dan mampu meyakinkan tentang pendapat
kita (dengan dasar rasional serta rujukan yang tepat dan memadai)
dan jangan loyo di depannya. Sikap demikian sangat
disukai karena kita dianggapnya bersikap pro-aktif dan selalu
ingin maju. Viel Erfolg !!
- (Rekan
Arya adalah salah satu peserta terbaik dari program MSc berbahasa
Inggeris Angkatan I (1991-1993). Tidak lama setelah keberhasilannya
menyandang gelar master di bidang Sosiologi Petanian, beliau
terus melanjutkan Ph.D. nya di institut yang sama. Saat ini beliau
tengah mengumpulkan data di Indonesia untuk program S-3 nya.
Atas keberhasilannya tersebut, beliau mencoba menularkan
kiat-kiatnya mencapai sukses belajar di Göttingen. red.).
- TIPS
II : Resep Oseng-oseng Mie
(oleh : Ibu Rina B. Mutiara)
-
- Bahan:
- 500
gr Mie basah
- 8
butir Bawang Merah,diiris tipis (2 Bawang Bombay sedang),
- 4
butir Bawang Putih diiris tipis
- 4
Cabai Merah diiris serong
- 10
Cabai Hijau diiris serong
- 2
lembar Daun Salam
- 2
cm Lengkuas dimemarkan
- 200
gr Udang dikupas
- 100
gr Daun Melinjo/Kol Rabi/Sawi
- 100
gr Taoge
- 6
sendok makan kecap manis
- Garam
secukupnya
- Bumbu
penyedap
- Cara
membuatnya :
- Rendam
mie dengan air hangat suam-suam kuku. Panaskan Minyak, tumis
Bawang dan Cabai, masukkan Daun salam dan Lengkuas.Aduk sampai
harum baunya, masukkan Udang. Setelah Udang berubah warna, masukkan
Daun Kol Rabi/Sawi/Daun Melinjo dan Tauge. Bubuhkan Kecap Manis,
Garam dan Bumbu Penyedap. Bila perlu dapat dituangi sedikit air
dan masak sampai daunnya layu. Terakhir masukkan Mie, aduk sampai
rata dan seluruh Bahan matang. Angkat dan hidangkan sebagai lauk
pauk. Resep ini untuk sekitar 8 - 10 orang.
- Selamat
mencoba dan Guten Appetit !! (kalau mau coba-coba, ngundang redaksi
ya sebagai Quality controller !, Red.)
- (Frau
Rina B. Mutiara adalah isteri dari rekan kita Beni Mutiara. Keluarga
Mbak Rina dan rekan Beni ini telah dikaruniai putera satu orang
yang lahir di Göttingen. Dia adalah Muhammad Moldynniz Mutiara.
red).
- Penjuru
- Pe-De-nya
si Al-Brecht
- Kisah
ini dialami oleh seorang bernama Al-Brecht Silobagaya. Dari namanya,
orang pasti sulit menerka darimana gerangan asalnya. Orangnya
sih biasa aja, cuman pe-de nya yang boleh diacung genggam. Pokoknya
pe-deeeee banget deh tuh orang. Kegagalan adalah guru yang bijaksana,
begitu kata orang, tapi tidak buat si Al-Brecht. Malu bertanya
sesat di jalan, itu pun kata orang banyak, tapi lagi-lagi tidak
bagi dia. Konon pada suatu hari si Al-Brecht mencuci pakaiannya
dengan mesin cuci di salah satu Studenten Wohnheim. Baru dua
hari datang di Göttingen dia sudah nggak betah, tangannya
gatel pengen nyuci karena kebiasaan di Indonesia memang begitu.
Dia ditemeni oleh salah satu karibnya, Thaer Sisigarantang kawan
sekampungnya. Maunya sih aksi sambil ngasih contoh gimana cara
nyuci di mesin cangggih.
- Empat
butir 50 Pfennig dimasukkannya ke liang koin sesuai dengan yang
tertera di petunjuk yang berbahasa Jerman itu (ya
tentu
saja dia sambil petentang-petenteng, bergaya di depan si Thaer
seperti instruktur profesional). Dimasukkannya pakaian kotornya
ke dalam lubang mesin cuci bermerek Siemens, lantas ditinggalkannya
setelah tombol warna hijau ditekannya. Mesin itu pun nurut perintah
Al-Brecht. Dengan senyum kemenangan dia berjalan bersama si Thaer.
Sepanjang jalan dia berkhotbah seputar penggunaan mesin ajaib
dan keunggulan non-comparative dengan tenaga manusia.
- Selang
sejam, mereka berdua kembali menengok cuciannya. Bukan main.
Mesin itu sudah berhenti bekerja dan pakaianpun mengkilap
dan cemerlang. Dilihatnya sekali lagi kotak dimana dia memasukkan
koin tadi, ternyata masih tersisa satu setrip yang berarti 50
Pf. masih tersimpan di dalamnya
nah dasar Al-brecht
tea
.ah sayang kalau nggak dimanfaatkan, gumamnya
.
maunya selalu bereksperimen. Dia pikir kalau tombol start ditekan
lagi pasti bajunya akan makin kering. Lumayan kan bisa hemat
beberapa Pfennig untuk mesin pengering. Namun kali ini agak sial.
Tuh mesin membandel, nggak nurut perintah si Al-Brecht ! ternyata
yang ngocor air bersih
. Jadi pakaiannya yang semula sudah
agak kering kini basah kuyub terendam air. Akhirnya mesin cuci
yang penuh air itu dibuka paksa
ya keruan saja air muncrat
dan mengalir kemana-mana
. Terpaksa deh si Al-Brecht memeras
kembali pakaiannya (sambil ngedumel
kok mesinnya nggak
nurut ya
) dan si Thaer yang teman sekampungnya mbantu ngepel
lantai. Nah selagi dia meres pakaian, datang dua bule dengan
setumpuk cuciannya. Demi melihat Al-Brecht lagi meres baju, dia
bertanya : Ist das kaputt ?
spontan si Al-Brecht
dan si Thaer, yang keduanya baru dua hari kursus bahasa Jerman,
menjawab serempak Ya !. ya tentu saja tuh bule balik
lagi
dasar Al-Brecht
. Pe-de ya pe-de tapi jangan
sok tahu Brecht !! (kiriman kawan lama,di Gs77).
|
Sekretariat
PPI-Goettingen
c/o. Rudi Afnan
Rosenbachweg 10/Whg.1, 37075 Goettingen
Tel./Fax.: 0049.551.2053237
ppi_goettingen@yahoo.de
URL: https://ppi-goettingen.tripod.com/main.html
- Kontak
Webmaster
|